Lokasi Bandar Djakarta di Alam Sutera Tangerang

Lokasi Bandar Djakarta di Alam Sutera Tangerang – Asal Muasal Bandar Djakarta  Berawal dari pertemanan, Wendy Santosa bersama tiga temannya kemudian membangun bisnis restoseafood Bandar Djakarta. Perlahan membangun bisnis, kini Bandar Djakarta sudah berdiri di sejumlah tempat selain Ancol yang dimulai pada 2001. Di samping Bandar Djakarta di Alam Sutera dan Surabaya, Wendy dan kawan-kawan, bersama seorang rekan lainnya, Toba Tjitasura, membuka Seafood City by Bandar Djakarta di Pluit yang memiliki konsep berbeda. Dalam wawancara dengan Rif’atul Mahmudah dari SWA Online, Sarjana Komputer yang hobi makan ini memaparkan empat strong point dalam mengembangkan bisnisnya hingga bisnisnya sukses. Asal tahu saja, dalam satu hari, pengunjungnya bisa mencapai 1.000 orang untuk lokasi di Ancol saja. Jumlah ini bisa naik tiga kali lipat ketika akhir pekan. buat teman-teman yang ingin datang ke lokasi bandar jakarta tanpa harus ribet bisa memakai jasa kami rental mobil di bsd 

atau bisa ikuti petunujuk maps

Bisa diceritakan bagaimana latar belakang Bandar Djakarta didirikan, oleh siapa saja dan mengapa tertarik menggeluti bisnis resto?

Bandar Djakarta ini resmi dibuka 29 Desember 2001 setelah uji coba selama satu bulan tes makanan. Saya merintis ini bersama ketiga teman saya, Pak Sunarja Lasmana (Joan), Pak Hans Satyabudi, dan Pak Anton Cahyono. Kami kecuali Pak Anton sebelumnya memang sudah punya usaha kuliner tertarik untuk buka resto bersama. Prinsip kami membuka Bandar Djakarta ini karena pertemanan. Waktu itu kami melihat ada lokasi bagus. Kalau ingat laut, orang ingatseafood. Laut di Jakarta yang bersih dan dikenal adalah Ancol. Ide kami untuk membuka tempat makan di Ancol ini ternyata sejalan dengan rencana Ancol untuk mengembangkan kuliner. Karena dulu image Ancol kalau malam negatif. Itu yang ingin diubah. Jadi Ancol menjadi tempat wisata rekreasi dan kuliner.

Waktu memulai, bagaimana kondisinya waktu itu??

Dulu waktu kami memulai, masih sangat kecil dan dengan peralatan sederhana. Karyawan yang direkrut hanya 30-35 orang. Kapasitas tidak lebih dari 100.

Kami punya keyakinan dan satu visi-misi, meski dulu sempat ragu, apakah orang mau jika untuk makan saja harus bayar untuk masuk Ancol? Tetapi kami pun berpikir, harus jadi istimewa. Restoran di pinggir laut. Di awal kami terseok-seok, kami berjuang, berpikir strategi yang harus dijalankan seperti apa agar orang tertarik.

Tiga tahun pertama kami operasi, boleh dibilang kami masih setengah mati. Mengalami kerugian. Mengubah image agar orang mau makan di dalam Ancol itu tidak gampang. Kami tidak bisa hanya menonjolkan rasa enak. Kami menemukan strategi-strategi harus seperti apa.

baca juga

sewa rental mobil di gading serpong

sewa rental mobil di bintaro

sewa rental mobil di pamulang

Pertama, kami kembangkan restoran yang memiliki pasar ikan. Selama ini orang pesan itu bymenu. Dengan pasar ikan ini, kami memersilakan pelanggan untuk membeli ikan apa, seberapa ukurannya, tingkat kesegarannya juga bagaimana sehingga yang kami olah adalah yang mereka pilih. Kami berusaha memberikan ikan yang segar. Ikan kami tidak dibekukan. Karena kalau ikan dibekukan, kemudian dicairkan, tidak laku dibekukan lagi, dst pasti akan rusak. Penggemarseafood pasti akan tahu bedanya. Waktu awal memang kami kesulitan karena tidak tahu berapa banyak pengunjung, tetapi kami memiliki supplier yang baik, dua hari tidak laku, dia ambil.

Kedua, kami mengutamakan pelayanan. Kami mengutamakan pelayanan harus cepat. Bagian pemotongan ikan, memasak, sampai makanan keluar, kami usahakan cepat dan tepat. Ketiga,entertaint. Kami tidak hanya jual makanan, tetapi juga suasana, makan di pinggir laut, menikmati suasana pantai. Kalau malam, kami berikan live musicStrong point keempat, dari sisi pricing. Margin kami memang kami kecilkan, kami berani main volume. Kami tarik lebih banyak tamu yang makan. Untuk kenaikan harga, kami benar-benar hati-hati. Kami tidak serta merta ketika LPG naik, dsb. Harga harus lebih baik. Kualitas pun demikian.

Dari outlet pertama, kami cukup hati-hati membuka cabang. Kami membangun brand dulu. Padahal banyak sekali orang menawarkan kepada kami, tetapi kami tidak mau gegabah, sampai 2009 baru kami buka cabang kedua di Alam Sutera. Jadi ketika sudah baik brand-nya, baru kami buka. Outlet ketiga kami buka di Green Bay di Pluit. Sebelum mal dibangun oleh Podomoro, Podomoro menawarkan kami. Tetapi karena lokasi tidak terlalu jauh, kami bedakan dengan Bandar Djakarta. Tahun 2011 , kami buka Seafood City by Bandar Djakarta. Itu satu tingkat di atas. Produknya ikan-ikan hidup. Kelasnya kami angkat. Kami juga jual produk impor seperti Kepiting Alaska. Kami pelajari di Green Bay ini kelasnya high-end. Untuk Seafood City ini kami tidak berempat tetapi berlima, bertiga dengan owner Bandar Djakarta yang lain ditambah Pak Toba Tjitasura. Kemudian 2012 kami buka di Surabaya.

Apa saja jenis resto yang dikelola?  Apa daya tarik dan kekhasan masing-masing (dari sisi menu, bahan-bahan, cara memasak, cara menghidangkan, dll?) 

Kalau Bandar Djakarta, baik di Ancol, Alam Sutera dan Surabaya, semua sama. Seafood City berbeda. Kalau di Alam Sutera, konsep kami adalah garden. Di Seafood City, satu-satunya restoran yang makan di atas laut. Jadi seperti dermaga, tetapi tidak kena hujan. View-nya laut lepas. Di Surabaya konsep kami kebun, orang bisa garden party, barbeque-an. Tidak mungkin Bandar Djakarta buka di ruko. Tetapi untuk Surabaya, karena Surabaya daerah berbeda, kami pelajari saus-saus yang khas Jawa Timur, seperti bumbu rujak.

Bagaimana strategi berekspansinya?

Sebenarnya kami tidak mau gegabah untuk buru-buru ekspansi, walaupun banyak yang berminat. Tetapi kami belum berpikir untuk mem-franchise-kan Bandar Djakarta. Franchise menurut saya tidak mudah. Menurut saya kebanyakan tidak benar-benar franchise, tetapi hanya opportunity. Paling tidak harus sudah beroperasi 3-5 tahun. Banyak usaha yang hancur karena diwaralabakan. Ini yang kami jaga. Biarkan Bandar Djakarta walaupun pelan-pelan, tetapi pasti. Jika kami buka, harus ada konsepnya dan areal perlu besar. Karena pasar ikan saja butuh tempat yang besar dan kami tidak bisa batasi orang, karena ini tempat untuk santai.

Bagaimana memenuhi kebutuhan chef?

Lebih tepatnya koki. Kalau chef yang pegang saus/bumbu. Kami punya dapur pusat. Chef yang bertanggung jawab memproduksi saus dan didistribusikan. Dapur pusat kami ada di Tangerang. Jadi rasa di semua outlet pasti rasanya sama. Tinggal koki di sini yang mengolah sesuai dengan SOP.

Bagaimana memenuhi kebutuhan bahan baku (suplay chain)?

Untuk Jakarta dan Surabaya tidak terlalu sulit, karena pelabuhan ikan juga besar.

Berapa kebutuhan bahan baku tiap harinya?

Tergantung. Ancol paling besar porsinya. Ikan-ikan yang paling laku, sehari lebih dari 50 kg untuk di Ancol saja. Kalau weekend, di atas itu. Cumi juga banyak disukai orang, hari-hari biasa 50 kg kurang. Kepiting juga cukup banyak, tetapi masalahnya kadang kami tidak bisa dapat produk yang bagus karena yang bagus-bagus (telurnya penuh), nelayan lebih suka ekspor karena mereka bisa dapat lebih banyak. Puji Tuhan kami punya channel-channel yang setia, mereka tetap berikan suplai untuk kami.

jangan lupa yah, buat anda yang masih bingung ingin datang kalau ngga mau ribet bisa pakai jasa rental mobil di bsd alam sutera

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Pesan Sekarang